Cari Blog Ini

Rabu, 16 Maret 2011

Contoh "Deskripsi Tempat"


Kete` Kesu

        Sejak belasan tahun yang lalu, Tana Toraja selalu menghadirkan imaji mistis dalam benak banyak orang. Pesta penguburan yang demikian megah, mayat yang disimpan bertahun-tahun di dalam rumah, kerangka yang bergeletakan di gunung batu .
         Kete’ Kesu adalah perkampungan dengan rumah-rumah asli Toraja yang disebut ‘tongkonan’. Tongkonan (berasal dari kata ‘tongkon’ yang berarti ‘duduk bersama-sama’) dengan atap berbentuk perahu ini dibangun berderet, semuanya menghadap ke arah utara yang merupakan simbol kehidupan. Rumah yang berbentuk perahu ini melambangkan asal-usul orang Toraja yang datang dari Yunan (Cina). Di depan rumah berderet lumbung padi yang disebut ‘alang’. Satu tongkonan bisa memiliki banyak alang, yang menunjukkan luasnya sawah yang dimiliki si empunya tongkonan. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (‘bangah’), karena batang palem ini licin sehingga tikus - tikus tidak bisa naik ke dalam lumbung untuk berpesta pora.
          Di Kete’ Kesu juga terdapat para pengukir, yang membuat ukiran-ukiran untuk dekorasi rumah, patung (‘tau-tau’), lukisan maupun kerajinan souvenir. Rumah Toraja selalu dihias dengan simbol-simbol yang diukir pada kayu, dan masing-masing simbol tersebut memiliki arti tertentu. Tidak jauh dari deretan tongkonan, terdapat sebuah kuburan. Sebagian mayat-mayat disimpan dalam sebuah bangunan mirip rumah, sebagian dimasukkan dalam lubang-lubang yang terdapat di bukit-bukit batu.
          Kuburan orang Toraja bisa berupa bangunan seperti rumah, lubang yang dipahat di gunung batu, atau gua alam. Mayat dimasukkan ke dalam lubang dengan cara dikerek dengan tali. Konon, pada zaman dahulu ada sebagian masyarakat (khususnya di Mamasa) yang ‘mengirimkan’ mayat ke kuburannya dengan kekuatan gaib. Jadi dari pada susah-susah mengangkat mayat ke tempat tinggi, mayat itu ‘disuruh’ berjalan sendiri dengan ilmu tertentu.
Di dinding tebing batu ditempatkan banyak tau-tau, menunjukkan bahwa yang dikubur disitu adalah kalangan beruang. Untuk membuat satu lubang, dibutuhkan biaya 30 jeti. Maklum, pekerjaan memahat batu itu dilakukan secara manual, dan membutuhkan waktu 6 – 9 bulan. 
Kerajinan Toraja cukup indah dan beragam, mulai dari kain tenun hingga ukiran dan lukisan. Kain tenun yang masih asli menggunakan pewarna alami seperti cabai untuk warna merah, daun indigo untuk biru, dan sebagainya. Harganya bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.



                                                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Entri Populer

Laman Baru